Saturday, June 1, 2013

Pemenang Pilbub Lumajang

Pemenang Riil Pemilihan Bupati Lumajang

Jika ada pertanyaan siapa pemenang riil pilbub Lumajang? Maka salah satu jawaban favorit saya adalah sang master tink tank .. !!

Sebetulnya sejak hiruk pikuk dan simpang siur prosesi pesta demokrasi di Kabupaten Lumajang mulai cetar membahana, saya kurang tertarik menuliskannya. Entahlah rasanya masih terlalu banyak yang jauh lebih bernuansa priority berkecamuk dalam fikiran ini. Atau saya sudah sangat jenuh direcok dan cekoki gosip dan infotainment politik di jakarta sana, baik dengan bumbu manuver maupun dengan resep KPK. Dan semua secara massif di super blow oleh televisi, dan celakanya sedikit banyak saya tahu siapa shohibul bait media itu, sehingga nuansa jurnalism nya sangat identik dengan apa dan siapa dibalik sang pemilik. 

Kembali ke Pilbub Lumajang, dengan menyuguhkan empat pasangan calon, sebagai pemilih yang kata orang kebanyakan disebut mewakili masyarakat perkotaan (jika boleh saya menyebutnya sebagai pemilih rasional), tentu saya cenderung menjatuhkan pilihan pada pasangan SAAT. Intelektualitas pasangan ini lebih keren. Apalagi jika ukuran debat kandidat menjadi bagian indikator pemilih menjatuhkan pilihan politiknya, maka debat di JTV sedikit banyak telah menguatkan pilihan saya ini. Bagaimana visi Misi Sjahrazad dan gaya diplomasi runtut dengan pitch control maut gaya Gus As'at berhasil menohok peserta lain.


Namun sebagaimana kebanyakan kutukan keturunan lain di Indonesia, sebetulnya saya juga terkungkung pada kutukan keturunan itu dari aspek pemilih tradisional. Saya dilahirkan (dulu ketika jaman Almukharom Pak Harto masih sangat kuat), sebagai  keluarga oposisi tulen. Ketika orang sedesa saya sudah sejak lahir ta'zim berteduh di bawah pohon beringin, dan penganut madzab azas tunggal Pancasila, ibu dan keluarga saya sudah menenteng gambar Ka'bah dengan sangat militan. Ketika orang sedesa saya masih belum familiar dengan jilbab (ketika itu tahun 80-an), ibu saya sudah sangat militan menutup aurotnya ketika keluar rumah.  Kemudian ketika idola utuh saya Gus Dur mendirikan PKB, spontan keluarga ini menyokongnya dengan segenab fikirannya, karena memang roh keluarga sejak awal memang Nahdhiyin. Dan ketika sebagian pendidikan saya kemudian hari juga melalui kembaga keagamaan Muhammadyah, kemudian sempat menjadi simpatisan kuat partai keadilan (ketika itu), maka menjadi lengkaplah warna politik hidup ini.

(Namun yang keren untuk dicatat, fakta bahwa ayah tercinta saya sampai akhir hayat beliau Insya Allah masih setia pada Golkar. Bukan karena kalkulasi politik yang bertele-tele, namun karena guru thoriqot beliau, - yang terhitung masih keluarga dekat, yang mangku pondok pesantren lumayan berpengaruh di Magetan sana - adalah Golkar .. !! - Mungkin yang belum hinggap pada fakta sejarah tradisionil saya adalah PDI.  Namun saya selalu masih mengidolakan kebesaran dan aura inspiratif Bung Karno).

Latar belakang diatas menjadi ikut mewarnai pandangan saya terhadap pasangan calon Bupati lainnya. Sebagaimana kita ketahui basis Lumajang memang Nahdiyin. Dan semua pasangan calon sepertinya sangat memahami ini, sehingga pertimbangan faktor tradisional ini mempunyai bobot dan nilai tinggi pada rekrutment pasangan calon.

Dan jika mengacu semua latar belakang diatas, maka posisi semua calon sepertinya mempunyai kadar toleransi sama di mata saya, dari aspek tradisionil ini.

Semula sebagai mana predksi banyak orang, persaingan ketat akan terjadi pada pasangan SAAT dan ARIF. Pertama dukungan mesin partai. Sebagai partai pemenang pemilu lalu, PDI perjuangan yang mengusung Agus Yuda diprediksi akan mulus menggandeng pemilih tradisional mereka. Hal ini masih ditambah dengan faktor KH Adnan Syarief yang dikenal sangat senior pada basis pemilih tradisional NU. Sementara pasangan SAAT dengan sederet keuntungan sebagai incumbent dan aspek intelektualistasnya, masih punya faktor Ke Nahdhiyinan Gus As'at.

Yang tidak diprediksi jeli oleh sebagian besar orang, termasuk saya, adalah kekuatan ASA. Jika melihat riil diatas kertas, orang akan dengan mudah tidak meliriknya. Pertama karena kendaraan pengusung mereka (PKB) masih kronis dengan masalah lama terkait aspek legalitas.  Kondisi mana diperkuat dengan dikeluarkannya keputusan PTUN Surabaya terkait gugatan kubu Rofiq, maka lengkaplah semua aspek yang menjadikannya pasangan yang kurang diperhitungkan.

Kalkulasi diatas kertas memang lain dengan kalkulasi bawah kertas. Hampir mayoritas orang Lumajang tahu siapa grand master dibalik pasangan ASA. Namun sepertinya sebagian besar mereka (termasuk saya) kurang bisa memprediksi seberapa fight dan niat bertempur sang suhu ini. Kaliber keahlian yang sangat jarang orang bisa memiliki ini, mungkin sudah sunnatullah, garis alam, dan rangkaian indah pasangan genetis turun temurun sang grand master. Diam-diam fenomena ini sangat menarik minat saya. Dalam hati kecil saya, suatu saat saya ingin menyusun biografi sang suhu.

Kembali ke Pilbub Lumajang, sebagaimana kita tahu semua perhitungan buyar ketika quick qount dua lembaga survey menempatkan ASA sebagai pemenang Pilbub Lumajang. Namun kemenangan mereka sepertinya masih dalam batas margin signifikansi eror kesalahan prediksi, sehingga apapun masih bisa terjadi. Apalagi banyak lembaga memastikan riil count SAAT setelah itu.

Pada awal masuknya ASA ke pusaran persaingan ini, prediksi naif saya mengatakan, bahwa yang akan diuntungkan adalah SAAT. Basis suara ARIF akan tergerus oleh sistem mereka (bukan basis SAAT). Namun ketika melihat begitu sistemiknya kantong suara ARIF semburat, saya menjadi berfikir kecerdasan orang dibalik gerakan ini. Saya menjadi berfikir, realitas sosial di desa-desa Lumajang. Mengapa desa? Karena gerakan ASA tidak mampu mengusik kawasan kota. Atau justru sang master plan sengaja melepas kota dengan segala kalkulasinya?

Lalu siapa sebetulnya pemenang pilbub Lumajang ?

Pemenang Pilbub Lumajang adalah sang suhu ... !! Seperti selentingan khabar dari mulut ke mulut, bahwa sebetulnya beliau tidak perduli terhadap pemenang pilbub ini, bahwa sebetulnya beliau justru memegang lawan ketika melakukan deal dengan lawan, bahwa sebetulnya sang kandidat pun sudah bertekuk lutut masuk skenario beliau, dan lain-lain khabar yang dibawa burung. Namun melihat gelembung pemuaian suara ASA yang mencengangkan, mungkin bisa dikalkulasi juga, bahwa beliau tidak bergerak business is busines. bahwa pergerakan massif beliau jauh diujung harapan juga memberi harga besar pada lahirnya kehormatan trah keluarga pada perebutan derajat dan pangkat ini. Dengan kata lain, makna gerakan ini bukan hanya murni business, tapi juga nilai tinggi pemenang pilbub pada aktualisasi diri. .. Wallahu A'lam Bishowab ...

After all, apapun yang terjadi, Lumajang harus tetap berlari  ....

Lumajang, 12 Rajab 1434 H

0 comments:

Post a Comment

Join, please