Wednesday, September 19, 2012

Ambulance Desa

Memberdayakan Ambulance Desa Build Up
Menurut bude Jamilah, Konsep ambulan desa menurut shohibul hikayat berasal dari ubo rempenya konsep Desa Siaga, dimana salah satu indikatornya adalah meningkatnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang berkualitas.
Konon maunya program ini - suatu Desa Siaga akan dapat menggambarkan suatu masyarakat yang sadar, mau dan mampu untuk mencegah dan mengatasi berbagai ancaman terhadap kesehatan masyarakat seperti kurang gizi, penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menimbulkan Kejadian Luar Biasa ( KLB) , kejadian bencana, kecelakaan, dan lain-lain, dengan memanfaatkan potensi setempat, secara gotong royong.

So, Inti kegiatan Desa Siaga (masih menurut Bude Jamilah), adalah memberdayakan masyarakat agar mau dan mampu untuk hidup sehat. Oleh karena itu maka dalam pengembangannya diperlukan langkah-langkah pendekatan edukatif, yaitu upaya mendampingi ( memfasilitasi ) masyarakat untuk menjalani proses pembelajaran yang berupa proses pemecahan masalah-masalah kesehatan yang dihadapinya. Untuk menuju Desa Siaga perlu dikaji berbagai kegiatan bersumberdaya masyarakat yang ada (Posyandu, Polindes, Pos Obat Desa, Dana Sehat, Desa Siap-Antar-Jaga).

Konsep Ambulance Desa (Build Up) konon dimaksudkan agar suatu masyarakatat yang mau dan mampu  untuk mencegah dan mengatasi berbagai masalah kesehatan dan bencana ini, ketika dalam keadaan darurat membutuhkan mobilitas ke fasilitas pelayanan kesehatan yang lebih tinggi, akan sangat klop bila bertemu kontak mazda, atau innova dengan tulisan terbalik AMBULANCE  ...

Namun dalam bayang sang konsep, ambulan desa dimaksud sebetulnya menjadi elegan dan cantik apabila disediakan dan atau memanfaatkan kendaraan yang sudah exicting di desa yang bersangkutan. Kenapa demikian? Karena disitu terdapat sentuhan PEMBERDAYAAN, sesuatu yang oleh bangsa ini masih dianggap keramat dan sulit dilahirkan.

Ketika konsep pemberdayaan tersebut dipangkas dengan konsep lain, menggelontornya dengan puluhan "built up' dari pabrikan, maka konsep pemberdayaan menjadi debatable (masih menurut Bude Jamilah).

Logika otak-atik akan melahirkan banyak pertanyaan berikut :
Berapa sih masyarakat sebuah desa dalam sehari, dalam sebulan, dalam setahun akan masuk dalam katagori darurat sehingga dengan terpaksa akan butuh tindakan evakuatif ? Logika lain juga akan teringat akan konsep lain desa siaga yang santer di kampanyekan bahwa segala fasilitas pelayanan kesehatan akan ready di sebelah rumah penduduk sekalipun mereka termasuk pada katagori terpencil. Adakah secuil data statistik yang berkaitan dengan hal dimaksud, yang dapat dicuplik oleh sang pencetus ide ambulan desa iru ? OK lah misalnya logika itu ditujukan pada keberadaan ibu hamil risiko tinggi sebagai calon konsumen potensialnya, yang siap on the road dengan sang ambulance, namun logika program lain akan menyambut dengan pertanyaan seberapa efektif Bidan Desa dan Polindes yang sudah diklaim sebagai under covered di mayoritas desa kita? Up 2 U lah .....

Pentingnya Ambulance Desa
Namun Bude Jamillah  masih tidak keburu Su'udhon. Jika di otak-atik lagi, tindakan evakuatif pasien dengan standard (yang betul-betul standard), sebetulnya sangat layak untuk segera dicukupi, dan itu kelasnya Ambulace Desa Build Up ini. Bude kita sangat "trenyuh" ketika melihat banyak tindakan evakuatif pasien - entah itu korban kecelakaan atau kondisi darurat lainnya - di rujuk ke tempat pelayanan kesehatan dengan mobil bak terbuka tanpa peralatan dan tindakan darurat secuilpun.

Mungkin tindakan yang harus segera di dilakukan adalah menyusun protap dan juknis operasional ambulance desa ini, sehingga dapat dipastikan efektifitas dan efisensi-nya. Dengan kata lain, disamping tetap melakukan pemberdayaan masyarakat, kita juga mesti melakukan pemberdayaan ambulance desa kita ....

2 comments:

  1. Wah nggak nyangka kita ketemu di dunia blog pak. Saya setuju semua yang Anda tulis, klop dg napas desa siaga...PEMBERDAYAAN MASYARAKAT. Tapi kalau desa digelontor ambulan desa oleh bupati kita ya kita syukuri saja. Lalu kita pakai saja mobil-mobil itu utk modal pemberdayaan selanjutnya. Semoga tdk malah jadi kendaraan kades ke kondangan. OK nggak Pak?

    ReplyDelete

Join, please