Tuesday, October 8, 2013

Peran Wanita dalam Pembangunan Keluarga

Wanita Sebagai Madrasah Utama dalam Pendidikan di Rumah
Peningkatan peranan wanita merupakan sebuah topik yang sangat relevan untuk didiskusikan dan diperjuangkan. Sejak era orde baru hingga saat ini peningkatan peranan wanita menjadi sebuah gerakan yang selalu hangat dan menarik untuk kita diskusikan di tengah kehidupan bermasyarakat. Perjuangan itu sebenarnya sudah sejak lama dimulai dan kumandangkan, setidaknya sejak 146 tahun yang lalu, ketika usia RA Kartini menginjak 12 tahun. Pada saat mana beliau harus mengahiri masa sekolahnya di ELS (Europese Lagere School), karena budaya mengharuskan beliau memasuki usia pingit.

Kita tentu akan sangat terinspirati, bagaiman seorang Kartini, pada saat itu mampu mengubah pemikiran masyarakat Eropa (Belanda) terhadap cara pandang pada wanita pribumi Indonesia. Sesuatu yang sangat tidak dikenal oleh mereka, kecuali kegelapan dan diskriminasi. Dari kumpulan pemikiran RA Kartini melalui ratusan surat dan tulisan “habis gelap terbitlah terang”, beliau tulus dan kuat menggugat dan memperjuangkan kesempatan dan akses pendidikan bagi kaumnya. Kartini muda sudah sangat paham terhadap ketidak adilan yang mengharu biru kaumnya. Tiadanya hak memilih dan menolak perjodohan, bahkan terhadap poligami, tiadanya kesempatan bersekolah, dan berbagai bentuk ketidak persamaan hak lainnya. Kondisi tersebut telah melahirkan pemikiran visioner Kartini yang mampu menerobos hingga ke negeri Belanda, menjadi sumber inspirasi bagi gerakan-gerakan kebangkitan nasional saat itu. 

Walaupun pemikiran Kartini muda sudah sangat maju, mampu meyakinkan ayah beliau bahkan pemerintah hindia belanda, terhadap kesempatan pendidikan bagi Kartini. Kita juga mencatat, ketika pilihan itu sudah sangat terbuka, beliau lebih mendahulukan keluarga. Kartini memutuskan untuk mengesampingkan kesempatan melanjutkan pendidikan ke Belanda atau Betawi (Jakarta), dan menikah dengan K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat (Bupati rembang saat itu). RA Kartini merencanakan melanjutkan perjauangan itu setelah menikah, antara lain dengan mendirikan Sekolah Khusus bagi kaum perempuan, sebuah impian mulia yang belum sempat beliau tuntaskan. RA kartini lebih memilih membangun keluarga sebagai basis membangun generasi berkualitas.

Di Indonesia peningkatan peranan wanita diarahkan untuk mencapai kondisi kemitrasejajaran yang harmonis  antara pria dan wanita dalam segala aspek peri kehidupan bermasyarakat kita. Kata sejajar dan bermitra merupakan sebuah kata yang menyiratkan persamaan hak saling menghormati dan bekerja sama. Disana tidak ada dominasi, saling  menguasai dan pemaksaan kehendak. Berdiri sama tinggi, duduk sama rendah dalam segala sisi kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, dan bernegara. Pada dunia pendidikan baik di sekolah maupun di luar sekolah, pada aspek peningkatan derajat kesehatan dan gizi, maupun peningkatan kesejahteraan keluarga.  Dengan demikian, pada dasarnya, peningkatan peranan wanita dalam keluarga dan masyarakat diarahkan bagi terciptanya kemitrasejajaran yang harmonis antara pria dan wanita dalam membina keluarga maupun dalam peran aktif di masyarakat.

Saat ini kita sudah cukup banyak berbuat untuk meningkatkan peran wanita dalam keluarga. Di bidang ekonomi dan pendidikan anak, misalnya berbagai usaha telah dilakukan, baik melalui penyuluhan maupun bimbingan keterampilan untuk meningkatkan pendapatan keluarga dan pembinaan tumbuh kembang anak balita. Sementara itu, peningkatan peran wanita dalam masyarakat dilakukan melalui peningkatan berbagai aktivitas wanita di berbagai sektor pembangunan.

Pembangunan yang dilaksanakan di berbagai bidang terutama pendidikan, ketenagakerjaan, kesehatan, kependudukan dan keluarga sejahtera telah berhasil meningkatkan kualitas wanita sehingga peranannya dalam pembangunan lebih nyata. Peranan wanita pada usaha peningkatan pendidikan anak dan remaja antara lain dapat kita lihat pada peran penting mereka pada Gerakan Nasional Orang Tua Asuh (GN-OTA).

Di bidang pendidikan, makin banyak wanita yang dapat menempuh pendidikan melalui jalur sekolah yang ditunjukkan oleh makin meningkatnya rasio murid wanita terhadap pria pada berbagai jenjang pendidikan. Peningkatan derajat pendidikan wanita tersebut membawa dampak terhadap meningkatnya partisipasi wanita dalam dunia usaha. Di bidang ketenagakerjaan, ribuan wanita, ibu rumah tangga, menjadi tulang punggung ekonomi keluarga.

Dibidang hukum dan perundang-undang, kemajuan pesat sudah banyak dicapai oleh bangsa ini. Berbagai produk hukum dan perundangan dengan semangat melindungi hak dan kewajiban wanita dalam segala aspek kehidupan sudah dibuat. Kita dapat menyebutkan berbagai aspek diantaranya menyangkut persoalan perkawinan, perceraian, serta tata cara kerja bagi pekerja wanita, seperti jam kerja malam dan pemutusan hubungan kerja karena menikah, hamil, dan melahirkan. Tentu yang sudah sangat kita kenal terkait produk hukum ini salah satu diantaranya Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga.

Di bidang kesehatan, peran wanita semakin nyata dalam pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan dasar di Puskesmas dan Posyandu. Sementara perbaikan derajat kesehatan dan gizi wanita dilakukan terutama melalui kegiatan pelayanan kesehatan dasar bagi ibu hamil dan menyusui. Pelayanan kesehatan dasar secara teratur diselenggarakan di Puskesmas dan Posyandu yang dikelola oleh masyarakat, terutama melalui peran penting organisasi Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK).

Peran wanita sebagai bidan juga semakin  meningkat, dengan ribuan bidan telah disebar pada hampir seluruh desa di Indonesia. Keberadaan Bidan Desa ini sangat vital untuk mendukung percepatan penurunan angka kematian ibu melahirkan (AKI) dan angka kematian bayi dan anak, sebagai salah satu target millennium Development Goals (MDGs). Terget ini juga merupakan indikator penting peningkatan human development indeks bangsa. 

Penurunan angka kematian ibu melahirkan merupakan sebuah tujuan yang sangat penting untuk diwujudkan, karena seluruh denyut masa depan generasi kita berawal dari sini. Kita tentu masih ingat, pahlawan dan sumber inspirasi perjuangan emansipasi wanita kita, RA Kartini, menghembuskan nafas terahir karena preeklamsia, tepat 4 hari setelah kelahiran putra pertama sekaligus terakhir, pada tahun ke 25 usia beliau. Sebuah usia produktif yang sangat sayang untuk pejuang dan pemikir sebesar beliau. Dan lebih dari dua dasawarsa sepeninggal beliau, penyebab kematian serupa masih menjadi masalah serius yang harus sama-sama kita  perhatikan. Kita harus lebih meningkatkan kepedulian kita pada sanak saudara, tetangga, dan teman kita yang memasuki masa-masa kehamilan dan persalinan. Berikan mereka nasehat, support, dan bantuan untuk mampu mengakses pada fasilitas dan sarana kesehatan yang memadai untuk kesehatan kandungan dan janin mereka.

Dalam kaitan tersebut, kita juga harus kembali meningkatkan peran penting wanita dalam bidang kependudukan dan keluarga sejahtera. Sejak awal wanita merupakan peserta KB (akseptor) aktif dengan angka partisipasi jauh diatas jumlah akseptor pria. Disamping itu wanita juga juga telah sejak lama berpartisipasi sebagai motivator KB, yang ulet dan handal. Pengaturan kelahiran merupakan jalan terbaik dan entry point penting mewujudkan keluarga berkualitas, sejahtera dan bertartabat.

Saat ini, menurut hemat kami, peran sentral dan vital wanita pada pembangunan nasional, ada pada peran dan fungsi dalam membangun keluarga. Fungsi ini lebih ditekankan pada fungsi ibu dalam hal mendidik anak-anaknya. Sebagaimana dalam Islam, yang menempatkan menempatkan posisi wanita sebagai madrasah utama dalam pendidikan di rumah. Ibu, mendapat posisi penting sebagai guru besar pendidikan pertama anaknya.

Saat ini pendalaman pengetahuan dan peningkatan keterampilan bagi para ibu  mengenai pendidikan dan pengasuhan anak balita yang baik dan benar dilaksanakan melalui kelompok-kelompok bina keluarga balita (BKB). Dengan bertambahnya jumlah ibu yang memiliki bekal pengetahuan dan keterampilan tersebut, diharapkan secara merata, mereka dan keluarganya mampu mendidik dan mengasuh anak balitanya sejak dini agar dapat tumbuh dan berkembang menjadi generasi yang berkualitas.

Dan langkah awal yang sangat menentukan dari peran penting wanita khususnya peran ibu dalam mendidik anak, dimulai pada saat pemberian Air Susu Ibu (ASI) kepada sang buah hati. Salam hormat takzim mari kita haturkan untuk segenap para ibu yang memberikan ASI eklusif kepada anak-anaknya, karena ASI adalah simbol awal ikatan ibu dengan anaknya. Salam hormat kita juga untuk para ibu yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan, kebanaran dan kejujuran kepada anak-anaknya, dan menjadi  sekolah pertama yang dihadapi oleh anak-anaknya.

Beberapa keistimewaan disebutkan dalam beberapa riwayat, diantaranya bahwa apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah s.w.t. mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah s.w.t. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia dari dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.  Serta apabila telah lahir anak lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan. Demikian  keududukan istimewa para wanita dan para ibu pada peran penting proses reproduksi dan perjuangan membesarkan dan mendidik anak-anaknya.
Dalam Alqur’an pun, disebutkan  bahwa perintah menghargai ibu lebih pertama diperintahkan Allah. “Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun . Bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.” (Qs. Luqman : 14)

Dalam ayat ini disebutkan bahwa ibu mengalami tiga macam kepayahan, yang pertama adalah hamil, kemudian melahirkan dan selanjutnya menyusui. Karena itu kebaikan kepada ibu tiga kali lebih besar daripada kepada ayah. Sebagaimana dikemukakan dalam sebuah hadits : Dari Abu Hurairah radhiyallaahu ‘anhu, beliau berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah shalallahu ‘alaihi wasallam dan berkata, ‘Wahai Rasulullah, kepada siapakah aku harus berbakti pertama kali?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Dan orang tersebut kembali bertanya, ‘Kemudian siapa lagi?’ Nabi shalallaahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Ibumu!’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi?’ Beliau menjawab, ‘Ibumu.’ Orang tersebut bertanya kembali, ‘Kemudian siapa lagi,’ Nabi shalallahu ‘alaihi wasallam menjawab, ‘Kemudian ayahmu.’” (HR. Bukhari dan Muslim)

Segala peran penting sudah dibuktikan berhasil diperankan wanita Indonesia. Segala ranah kehidupan yang dahulu merupakan sesuatu yang impossible, sudah berhasil dimasuki para wanita perkasa pertiwi ini. Banyak lahir tokoh dan pemikir, ilmuwan, guru besar, tokoh parpol, mubaligh besar, aktris, lahir dari para wanita. Dan kemitra sejajaran antara pria dan wanita, walaupun belum sempurna, menyiratkan harapan besar akan masa depan cerahnya.

Sementara itu, situasi kekinian memperlihatkan keprihatinan mendalam kepada kita. Kita dapat menyebut diantaranya, bahwa angka perceraian lima tahun terakhir ini rata-rata naik 70% lebih. Kita juga dapat melihat sedemikian kronis permasalahan pergaulan bebas, norkoba, minuman keras, dan berjibun masalah lain menimpa generasi muda kita. Kita patut menduga bahwa berbagai masalah itu diawali dari rapuhnya pondasi bangunan keluarga, diantaranya karena keluarga broken home.

Sebagai akhir tulisan ini, sekali lagi mari kita kembali ke jati diri fungsi penting wanita Indonesia yang sering dilupakan, sebagai ibu dan pendidik putra putrinya. Kita mulai itu dari membangun pondasi keluarga yang kokoh. Kita mulai dari memberi suri tauladan kebesaran budi pekerti, sopan santun, hormat kepada orang tua, kehalusan tutur kata dan etika pergaulan, bertetangga, dan bermasyarakat kita. Kita mulai itu dari membentengi keluarga kita dari keganasan budaya instan yang dibangun media. Kita mulai itu dari membudayakan komunikasi penuh kasih sayang antara anak dan orang tua.  Dan semua itu, bisa sangat manis diperankan para wanita, para ibu rumah tangga, para ratu dan teladan kita, semoga .....

0 comments:

Post a Comment

Join, please